Pemerataan dan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Dunia pendidikan telah memberikan porsi
yang sangat besar untuk pengetahuan , tetapi melupakan tujuan utama pendidikan yaitu
mengembangkan pengetahuan , sikap dan keterampilan secara simultan dan
seimbang.
Pendidikan Indonesia memang ada kemajuan
dan inovasi serta prestasi di berbagai bidang, namun hal itu tidak merubah
penilaian dunia terhadap tingkat pendidikan secara menyeluruh di Indonesia.Kualitas pendidikan di Indonesia
masih memprihatinkan. Menurut hasil survey Competitiveness Year Book kualitas
pendidikan di Indonesia berada di urutan 109 dunia dari 174 negara.
Sebab-sebab kualitas pendidikan
di Indonesia rendah itu yaitu
- · rendahnya sarana dan prasarana pendidikan
- negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan
- · keprofesionalan guru yang rendah
- · kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan)
- · pendidikan berkualitas yang terkadang mahal dan anak-anak indonesia yang ternyata hanya mampu menguasai 30 % dari materi bacaan dan mereka sulit menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran hal ini mungkin disebabkan karena mereka lebih sering menghafal dan mengerjakan soal piihan ganda
- · pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada dengan kampanye pendidikan gratis
- · belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesi
- belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia
Apa sebaiknya hakikat pendidikan? saya setuju dengan kata mencerdaskan
kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran
strategis/taktis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti
yang sangat penting : (1) cerdas (2) hidup (3) bangsa.
(1) tentang cerdas
(1) tentang cerdas
Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata
pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi
kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap
mengaplikasikan ilmunya.
(2) tentang hidup
(2) tentang hidup
Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus
ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan
melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti
merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan
dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang
hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup
tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan snatainya dia menganiaya orang
lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan.
Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat
kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makanan
kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup.
(3) tentang bangsa
(3) tentang bangsa
Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial.
Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu
yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa apa-apa bagi masyarakatnya,
bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya
kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha
meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif
dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? Saya
setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri
suatu masyarakat. Era globalisasi memang mengaburkan nilai-nilai kebangsaan,
karena segala sesuatunya terasa dekat. Saat terjadi perang Irak misalnya,
seakan-akan kita bisa melihat Irak di dalam rumah. Tapi masalahnya, apakah kita
mampu berperan aktif secara nyata untuk Irak (selain dengan doa ataupun aksi)?
Peran aktif kita dituntut untuk masyarakat sekitar...dan siapakah masyarakat
sekitar? tidak lain adalah individu sebangsa.
Dalam sistem pendidikan yang baru ini pemerintah akan membagi
jalur pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur
formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan kemampuan akademik
dan finansial siswa. Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan
secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur formal standar diperuntukkan
bagi siswa yang secara finansial bisa dikatakan kurang bahkan tidak mampu.
Dengan kata lain jalur formal mandiri adalah jalur bagi siswa kaya sedangkan jalur formal standar adalah jalur bagi siswa miskin. Konyol memang. Aku sampai tidak habis pikir bisa-bisanya pendidikan dikotak-kotakkan berdasarkan tingkat fianansial dari peserta didik. Dalam hal ini, pemerintah berdalih bahwa pada jalur formal mandiri akan disediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu miskin agar dapat menuntut ilmu pada jalur ini. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah Berapa banyak sich beasiswa yang disediakan?.
Pemerintah sendiri menyatakan bahwa setidaknya akan ada lima persen siswa miskin yang bersekolah di setiap sekolah yang menyelenggarakan jalur formal mandiri. Menurut ku ini juga merupakan salah satu bentuk kebodohan yang lain. Coba saja kita bayangkan seandainya ada seorang siswa miskin yang memperoleh beasiswa untuk bersekolah di jalur formal mandiri yang nota bene tempat sekolahnya siswa kaya. Bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi minder dan rendah diri. Ketika teman-temannya selalu mengenakan seragam yang bersih dan tersetrika dengan rapi dengan menggunakan pelembut dan pewangi pakaian sedangakan siswa miskin ini hanya mampu mengenakan seragam bekas alias hibahan dari tetangganya, bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi objek tontonan bagi siswa-siswa kaya?
Apakah pembagian jalur pendidikan ini merupakan salah satu misi pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa?
Menurutku, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Aku cukup salut dengan pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warga nya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan.
Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja?
Apakah memang orang miskin dilarang sekolah?
Dengan kata lain jalur formal mandiri adalah jalur bagi siswa kaya sedangkan jalur formal standar adalah jalur bagi siswa miskin. Konyol memang. Aku sampai tidak habis pikir bisa-bisanya pendidikan dikotak-kotakkan berdasarkan tingkat fianansial dari peserta didik. Dalam hal ini, pemerintah berdalih bahwa pada jalur formal mandiri akan disediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu miskin agar dapat menuntut ilmu pada jalur ini. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah Berapa banyak sich beasiswa yang disediakan?.
Pemerintah sendiri menyatakan bahwa setidaknya akan ada lima persen siswa miskin yang bersekolah di setiap sekolah yang menyelenggarakan jalur formal mandiri. Menurut ku ini juga merupakan salah satu bentuk kebodohan yang lain. Coba saja kita bayangkan seandainya ada seorang siswa miskin yang memperoleh beasiswa untuk bersekolah di jalur formal mandiri yang nota bene tempat sekolahnya siswa kaya. Bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi minder dan rendah diri. Ketika teman-temannya selalu mengenakan seragam yang bersih dan tersetrika dengan rapi dengan menggunakan pelembut dan pewangi pakaian sedangakan siswa miskin ini hanya mampu mengenakan seragam bekas alias hibahan dari tetangganya, bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi objek tontonan bagi siswa-siswa kaya?
Apakah pembagian jalur pendidikan ini merupakan salah satu misi pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa?
Menurutku, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Aku cukup salut dengan pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warga nya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan.
Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja?
Apakah memang orang miskin dilarang sekolah?
Komentar
Posting Komentar